MENGEKSPRESIKAN JIWA LEWAT PUISI

A. MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PUISI

1. Puisi Lama dan Puisi Baru
    Perhatikanlah puisi-puisi di bawah ini dengan baik.

Puisi l

Kau
Karya Suparmiati
Kau ajari Aku memetik gitar kehidupan
Agar tercipta kasih yang lama tak
Kudengarkan
        Kau yang ajari Aku mengeja nama Tuhan
        Yang lama tersingkir dalam benak
        (tahukah kau? Semua itu membuat kekagumanku tandas untukmu)
Kau izinkan Aku duduk di beranda hatimu
Agar cukup kudongakkan kepalaku
Untuk melihat apa yang tersimpan di sana
Dan mengambil sebongkah cinta untukku
        Kau yang ajari Aku sisa hidup
        Menghitung karunia yang tak terhingga
        Bersama sapu tangan jingga di langit biru
        Dalam sisa usia yang semakin luas
Dan
Mari kita bersandar
Di tiang kasih yang kita tegakkan
Mari kita berteduh
Di bawah pilar kebersamaan yang kita bangun

Puisi ll
Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai  rumah tidak berdinding

Sayuran di warung Pak makmun
Banyak juga dijual penganan
Kalau kamu mau minum
Cepatlah pergi cari jajanan

Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur di sampaian
Jangan diri jadi jemana
Lihat contoh kiri kanan

    Secara umum, kedua puisi tersebut sama-sama berbentuk bait. Tampak pula bahwa kata-katanya sangat mengutamakan keharmonisan bunyi. akan tetapi, kalau diperhatikan lebih mendalam, tampak bahwa Puisi l tidak memiliki keteraturan, baik itu dalam jumlah larik pada setiap baitnya, jumlah suku kata per lariknya, maupun pola-pola bunyi akhirnya. Tidak demikian halnya dengan Puisi ll, puisi tersebut memiliki keteraturan pada setiap baitnya, baik itu dalam jumlah larik, jumlah suku kata, maupun pola rima akhirnya. Dengan melihat karakteristiknya yang berbeda itulah, kedua puisi di atas dapat dikelompokkan ke dalam jenis puisi yang berbeda, yakni puisi baru dan puisi lama.

A. PUISI LAMA
Puisi lama merupakan jenis puisi yang terkait oleh berbagai ketentuan, seperti banyaknya larik setiap bait, banyaknya suku kata pada setiap larik, ataupun pola rimanya. Ketentuan-ketentuan tersebut ternyata berbeda antara jenis puisi yang satu dan puisi lainnya. Misalnya, antara pantun dan syair. Keduanya merupakan jenis puisi lama yang memiliki karakteristik berbeda.

1) Pantun
    Pantun merupakan puisi yang memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
    a) Terdiri dari atas empat baris.
    b) Tiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata. 
   c) Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya disebut isi pantun.
    d) Pantun mementingkan rima akhir dengan pola a-b-a-b.

Bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga, sedangkan baris kedua sama dengan baris keempat.
Contoh:

Gunung Daik timang timangan
Tempat Kera berulang ali
Budi yang baik kenang kenangan 
Budi yang jahat buang sekali

selain itu, pantun memiliki beberapa variasi bentuk. Bentuk-bentuk pantun lainnya adalah sebagai berikut.

a) Pantun Berkait
Pantun berkait disebut juga pantun berantai atau seloka. Pantun berkait adalah pantun yang terdiri atas beberapa bait, dan bait yang satu dengan bait yang lainnya sambung menyambung. baris kedua dan keempat dari bait pertama dipakai kembali pada baris pertama dari ketiga pada bait kedua. Demikianlah pula hubungan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya.
Contoh:

Sarang garuda di pohon beringin
Buah kemuning di dalam puan
Sepucuk surat dilayangkan angin 
Putih kuning sambutlah Tuan
        Buah kemuning di dalam puan
        Dibawa dari Indragiri
        Putuh kuning sambutlah Tuan
        Sambutlah dengan si tangan kiri
Dibawa dari Indragiri
Kabu kabu dalam perahu
Sambutlah dengan si tangan kiri
Seorang makhluk janganlag tahu

b) Talibun
Talibun adalah pantun yang susunannya terdiri atas enam, delapan atau sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yakni terdiri atas sampiran dan isi. Jika talibun itu enam baris, tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris berikutnya merupakan isi.
Contoh:
        Kalau anak pergi ke pekan
        Yu beli belanak beli
        Ikan panjang beli dahulu
        kalau anak pergi berjalan
        Ibu cari sanak pun cari
        Induk semang cari dahulu

c) Pantun Kilat
Pantun kilat atau karmina adalah pantun yang terdiri atas dua baris: baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua isinya.
Contoh:
        Gendang gendut, tali kecapi
        Kenyang perut, senanglah hati
        Pinggan tak retak, nasi tak ingin
        Tuan tak hendak, kami tak ingin

2) Syair
Syair merupakan bentuk puisi lama yang merupakan pengaruh kebudayaan Arab. Syair memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Terdiri dari empat baris.
b) Tiap baris terdiri atas 8 sampai 10 suku kata.
c) Tidak memiliki sampiran, semuanya merupakan isi,.
d) Berima akhir a-a-a-a.
Contoh:
        Diriku lemah anggotaku layu
        Rasakan cinta bertalu-talu
        Kalau begini datangnya selalu
        Tentulah kakanda berpulang dahulu

3) Gurindam
gurindam termasuk puisi lama, di samping pantun dan syair. Gurindam terdiri atas dua baris yang berirama. Baris pertama umumnya berupa sebab (hukum, pendirian), sedangkan baris kedua merupakan jawaban atau dugaan. Ciri lain Gurindam ada pada isinya, yaitu berupa ajaran ataupun nasihat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa gurindam sarat dengan nilai pendidikan, ajaran-ajaran keagamaan, ataupun petuah-petuah hidup.
ciri-ciri gurindam:
a) Terdiri atas dua baris
b) Baris pertama merupakan sebab, baris kedua merupakan jawaban/dugaan
c) Terdiri atas 8-12 suku kata
d) Berima akhir a-a


B. Puisi Baru
Puisi baru yaitu tidak terikat oleh ketentuan banyak larik pada setiap baitnya, banyaknya suku kata, ataupun pola rimanya. Meskipun dikenal memiliki kebebasan, puisi baru pun memiliki karakteristik atau ciri yang membedakannya dengan bentuk karangan lain, seperti cerpen atau drama. Berikut ciri-cirinya:
a. Puisi itu padat makna
b. Puisi banyak menggunakan kata-kata konotasi
c. Puisi mengutamakan keindahan kata-kata
d. Puisi disajikan dalam bentuk monolog
e. Puisi dibentuk dalam bait-bait atau baris-baris yang tidak selesai, bukan dalam bentuk paragraf.

Karakteristik itu bersifat umum karena ada pula puisi yang bentuknya menyimpang. Perhatikan Puisi Supardi Djoko Damono berikut.


Pertapa
    Jangan mengganggu: aku, satria itu, sedang bertapa dalam sebuah gua, atau sebutir telor, atau sepatah kata ah, apa pula bedanya. pada saatnya nanti, kalau aku sudah dililit akar, sudah merupakan benih, sudah mencapai makna. masih beranikah, beranikah kau menyapaku. saudara? 

Puisi “Pertapa” mirip cerpen, bukan?Puisi itu tidak dibentuk oleh bait-bait sebagaimana yang tampak pada puisi pada umumnya. Meskipun demikian, masih tampak karakteristik lainnya, yakni bahwa cerita itu padat sekali maknanya di samping banyak sekali menggunakan perumpamaan ataupun kata-kata konotasi.

Secara umum, berdasarkan isi dan cara pengungkapannya itu, puisi baru dapat dikelompokkan ke dalam beberapa macam, yakni puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif.

1) Puisi Naratif
Puisi Naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, yakni balada dan romansa.
Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa ataupun tokoh pujaan. Contohnya Balada Orang-Orang Tercinta dan Blues untuk Bonnie karya W.S. Rendra.
Romansa adalah jenis puisi cerita yang  menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan dan diselingi perkelahian dan petualangan. Kirdjomuljo menulis romansa yang berisi kisah petualangan dengan judul “Romance Perjalanan”. Kisah cinta ini dapat juga berarti cinta tanah kelahiran, seperti puisi-puisi Ramadhan K.H. 

2) Puisi Lirik
Puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, misalnya elegi, ode, dan serenada. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, hal, atau keadaan. Serenada adalah sejak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata “Serenada” berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja.

3) Puisi Deskriptif
Puisi yang termasuk jenis puisi deskriptif misalnya satire, puisi yang bersifat kritik sosial, dan puisi impresionistik. Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan, tetapi dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Puisi kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap keadaan atau terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang, tetapi dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan/orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresiontik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.



2. Unsur-Unsur Puisi
Unsur-unsur Puisi yaitu sebagai berikut:

a. Tema dan Amanat Puisi
Tema adalah pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh pemyair. Dari pokok persoalan itu kemudian lahir pula amanat atau pesan-pesan tertentu. Tema dan amanat tersirat dalam keseluruhan isi puisi.

b. Penggunaan Makna (Kata-Kata Konotasi)
Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan, imajinasi, maupun yang lainnya. 

c. Citraan
Citraan atau pengimajinasiaan adalah kata atau susunan kata yamh dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. 

d. Majas dan Irama
Unsur instrinsik lainnya dalam sebuah puisi adalah majas dan irama.
1) Majas (figurative languange) adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk menciptakan kesan tertentu bagi penyimak atau pembacanya.
2) Irama (musikalitas) adalah alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang.

Berikut beberapa unsur ekstrinsik yang berpengaruh pada keberadaan suatu puisi.
1. Latar Belakang Penyair
2. Kondisi Sosial dan Budaya
3. Lingkungan Alam




B. MEMBACAKAN PUISI DENGAN BAIK

Kegiatan puisi merupakan kegiatan membaca indah. Untuk itu, pembaca harus memperhatikan empat hal: lafal, tekanan, intonasi, dan jeda. Hal tersebut dimaksudkan agar isi puisi dapat terekspresikan dengan jelas.
1. Lafal
Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa dalam mengucapkan bungi bahasa
2. Tekanan
Tekanan (nada) adalah keras lunaknya pengucapan suatu kata.
3. Intonasi
Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat
4. Jeda
Jeda adalah hentian arus ujaran dalam pembacaan puisi yang ditentukan oleh peralihan larik.
5. Ekspresi
Ekspresi berarti mengungkapkan gagasan, maksud, ataupun perasaan dengan gerak anggota badan atau air muka. Ekspresi dapat kita nyatakan dengan berbagai cara, yaitu:
    1) Tatapan mata
    2) Bentuk bibir
    3) Anggukan/gelengan kepala
    4) Gerakan tangan
    5) Entakan kaki



C. MENGANALISIS PUISI
Puisi merupakan karangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan mengutamakan keindahan kata-kata. Oleh karena itu, puisi dapat mengungkapkan berbagai hal. Kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada Sang Khalik sering kita ungkapkan dalam bahasa indah. Hanya, kita jarang menyadarinya bahwa itu adalah puisi.

D. MENULIS PUISI
1. Menulis Puisi Lama
Seperti yang telah kita maklumi bahwa puisi lama terkait oleh berbagai ketentuan, baik itu jumlah larik pada setiap baitnya, jumlah suku kata, rima akhir, maupun isinya. Hal ini berlaku untuk pantun, syair, ataupun gurindam. Dengan demikian, sebelum puisi-puisi itu ditulis, kita harus menguasai ketentuan-ketentuan tersebut.
2. Menulis Puisi Baru
Puisi baru memiliki ketentuan yang berbeda dengan puisi lama.  Bentuk dan isi puisi baru tidak terikat oleh berbagai ketentuan, baik dalam hal jumlah larik, suku kata, pola rima, maupun isinya. Meskipun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menulis puisi baru agar hasilnya lebih baik.
a. Puisi diciptakan dalam suasana perasaan yang intens yang menuntut pengucapan jiwa yang spontan dan padat.
b. Puisi mendasarkan masalah atau berbagai hal yang menyentuh kesadaran kita sendiri.
c. Dalam menulis puisi, kita perlu memikirkan cara penyampaiannya.



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama